PAHLAWANKU,
ORANG TUAKU
Ketika
kata pahlawan terucap oleh bibir ini, hanya ada satu hal yang terbenak dalam
pikiranku yakni kedua orang tua. Pahlawan bukan hanya sosok yang harus berjuang
membela tanah air dan harus rela mengorbankan jiwa dan raga bahkan sampai titik
darah penghabisan. Jiwa yang tak pernah bosan, jiwa yang tak pernah mengeluh,
bahkan jiwa yang tak pernah mengenal kata lelah dan putus asa dalam melakukan
semua kewajibannya, bagiku itu sudah merupakan jiwa pahlawan yang seharusnya
kita hargai. Meskipun jiwa dan raganya mulai merapuh, mereka tak akan pernah
dan tak akan mau mengeluarkan kata menyerah kepada anak-anaknya, karena mereka
tak ingin anak keturunannya mengetahui bahwa betapa sulitnya mendampingi anak-anaknya
untuk menggapai cita-cita yang anaknya capai kelak. Tak sepantasnya seorang
anak memaksakan kehendaknya sendiri kepada kedua orang tuanya, bila anak itu
mampu menguraikan seberapa besarnya pengorbanan orang tuanya sejak ia lahir
hingga saat ini.
Dewasa
ini orang tua kita mungkin tak pernah memegang bambu runcing dan menggunakan
strategi jitu untuk berperang melawan para penjajah seperti para pahlawan
perjuangan untuk merebut reformasi kemerdekaan Negara pada zaman penjajahan
dahulu. Namun, perlu kita pahami bahwa perjuangan orang tua kita untuk
membahagiakan anak keturunannya amatlah besar dan penuh dengan jalan yang
berlubang, berduri bahkan berliku dalam menjalani roda kehidupan dengan bahtera
rumah tangga yang mereka nahkodai. Kewajiban demi kewajiban mereka jalani,
meski mereka tak mengeluarkan darah dalam melakukan perjuangan hidup ini.
Tetapi, tanpa kita sadari bahwa sesungguhnya di dalam hati kedua orang tua kita
bercucuran air mata yang tak mampu kita hapus dengan tangan kita. Air mata
tersebut hanya mampu kita balas dengan kesuksesan yang harus dapat kita raih
diujung perjalanan hidup ini.
Mimpi
dan tujuan seorang pahlawan perjuangan itu sebenarnya sama saja dengan mimpi
kedua orang tua kita yang menginginkan sebuah kemerdekaan. Kemerdekaan dalam
arti kebahagiaan untuk anaknya, sedangkan terkadang kemerdekaan untuk seorang
anak hanya sebatas dengan fasilitas orang tua yang diberikan kepada anaknya.
Tak malukan seorang anak itu, tak sadarkah secara tidak langsung ia menempatkan
dirinya bak seorang raja yang harus di layani oleh orang tuanya. Menangis tak
akan mampu untuk membalas jasa kedua orang tua kita, materipun tak akan berarti
ketika orang tua belum bisa merasakan kebahagiaan yang harus memaksa air
matanya mengalir deras karena kesuksesan yang diraih oleh anaknya. Orang tua
kita berjuang melawan kerasnya kehidupan ini, lebih menyakitkan dari pada
perjuangan para pahlawan perjuangan melawan penjajah untuk merebut kemerdekaan
Negara Indonesia.
Selama
ini kita hanya terpaku kepada para pahlawan perjuangan kemerdekaan, lupakah
kita dengan pejuang dalam hidup kita selama ini, yakni orang tua kita.
Keringatnya bercucuran deras mengalir dari kening hingga tubuh mereka
bermandikan air keringat demi kehidupan dalam keluarganya. Mereka tak pernah
peduli akan hari yang ia lewati, ntah itu hari yang teri matahari sangat menyengat
tubuh atau mungkin hari itu dingin menusuk tulangnya dikala hujan deras
membasahi tubuhnya. Jiwa raga mereka tetap tegar dengan semangat juang yang
tiada henti mereka kobarkan untuk kebahagiaan anak-anak mereka. Tangis dan tawa
mereka tak mampu menahan semangat juang yang selalu mereka pupuk dalam jiwa,
semangat juang untuk meembela kehidupan dalam dunia yang fana ini, meski
terkadang dunia ini sangatlah kejam menyiksa langkah kakinya yang mulai
terhenti.
Kita
sebagaimana seorang anak yang mereka perjuangkan hanya mampu membalas dengan
kesungguhan hati dan jiwa untuk meraih kesuksesan yang orang tua kita harapkan.
Perjuangan kedua orang tua kita sama besar jika kita bandingkan dengan besarnya
perjuangan para pahlawan perjuangan Negara untuk meraih kemerdekaan. Lihatlah
sosok Ibu kita yang mengandung kita selama sembilan bulan, tidakkah kita
sejenak melihat serta berempati dengan perjuang yang beliau lakukan. Lihatlah juga
sosok Ayah kita, seorang laki-laki yang tak pernah berhenti mencari dan mencari
nafkah untuk kehidupan kita. Bukankah orang tua kita juga merupakan seorang
pahlawan dalam diri kita terutama dalam kehidupan ini, wahai saudaraku. Ketika
mereka hanya duduk dan terdiam, sebenarnya didalam benak mereka terpikirkan
bagaimana caranya untuk dapat menuju kemenangan yang hendak mereka capai, yaitu
kemenangan untuk kebahagiaan keluarganya.
Terkadang
hati menangis bila melihat dan menerka-nerka perjuangan yang telah orang tua
kita berikan. Perjuangan yang begitu besar, dan dihiasi oleh pernah-pernik
kehidupan yang tak seperti yang mereka harapkan. Pahlawan tidak selamanya
merupakan sosok yang harus berani berperang, sosok yang harus merelakan
nyawanya hilang dimedan pertempuran. Namun, pahlawan itu adalah sosok yang
tangguh dan berani serta mampu untuk dijadikan suri tauladan atau cermin
perjuangan dalam kehidupan ini. Mungkin pahlawan perjuangan dengan jasanya
mampu memerdekakan suatu Negara. Tetapi, lihatlah sosok pahlawan dari
perjuangan untuk mencari kehidupan saat ini bukanlah hal yang mudah. Orang tua
yang terus mencari sumber mata air dalam kehidupan meski pencaharian itu harus
di dalam kawasan yang tandus sekalipun. Sesungguhnya, pahlawan terbesar dengan
jasanya dalam hidup ini adalah kedua orang tua yang selalu ada hingga kelak
mereka menutup mata.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar