Selasa, 10 November 2015

PAHLAWAN



PAHLAWANKU, ORANG TUAKU

Ketika kata pahlawan terucap oleh bibir ini, hanya ada satu hal yang terbenak dalam pikiranku yakni kedua orang tua. Pahlawan bukan hanya sosok yang harus berjuang membela tanah air dan harus rela mengorbankan jiwa dan raga bahkan sampai titik darah penghabisan. Jiwa yang tak pernah bosan, jiwa yang tak pernah mengeluh, bahkan jiwa yang tak pernah mengenal kata lelah dan putus asa dalam melakukan semua kewajibannya, bagiku itu sudah merupakan jiwa pahlawan yang seharusnya kita hargai. Meskipun jiwa dan raganya mulai merapuh, mereka tak akan pernah dan tak akan mau mengeluarkan kata menyerah kepada anak-anaknya, karena mereka tak ingin anak keturunannya mengetahui bahwa betapa sulitnya mendampingi anak-anaknya untuk menggapai cita-cita yang anaknya capai kelak. Tak sepantasnya seorang anak memaksakan kehendaknya sendiri kepada kedua orang tuanya, bila anak itu mampu menguraikan seberapa besarnya pengorbanan orang tuanya sejak ia lahir hingga saat ini.

Dewasa ini orang tua kita mungkin tak pernah memegang bambu runcing dan menggunakan strategi jitu untuk berperang melawan para penjajah seperti para pahlawan perjuangan untuk merebut reformasi kemerdekaan Negara pada zaman penjajahan dahulu. Namun, perlu kita pahami bahwa perjuangan orang tua kita untuk membahagiakan anak keturunannya amatlah besar dan penuh dengan jalan yang berlubang, berduri bahkan berliku dalam menjalani roda kehidupan dengan bahtera rumah tangga yang mereka nahkodai. Kewajiban demi kewajiban mereka jalani, meski mereka tak mengeluarkan darah dalam melakukan perjuangan hidup ini. Tetapi, tanpa kita sadari bahwa sesungguhnya di dalam hati kedua orang tua kita bercucuran air mata yang tak mampu kita hapus dengan tangan kita. Air mata tersebut hanya mampu kita balas dengan kesuksesan yang harus dapat kita raih diujung perjalanan hidup ini.

Mimpi dan tujuan seorang pahlawan perjuangan itu sebenarnya sama saja dengan mimpi kedua orang tua kita yang menginginkan sebuah kemerdekaan. Kemerdekaan dalam arti kebahagiaan untuk anaknya, sedangkan terkadang kemerdekaan untuk seorang anak hanya sebatas dengan fasilitas orang tua yang diberikan kepada anaknya. Tak malukan seorang anak itu, tak sadarkah secara tidak langsung ia menempatkan dirinya bak seorang raja yang harus di layani oleh orang tuanya. Menangis tak akan mampu untuk membalas jasa kedua orang tua kita, materipun tak akan berarti ketika orang tua belum bisa merasakan kebahagiaan yang harus memaksa air matanya mengalir deras karena kesuksesan yang diraih oleh anaknya. Orang tua kita berjuang melawan kerasnya kehidupan ini, lebih menyakitkan dari pada perjuangan para pahlawan perjuangan melawan penjajah untuk merebut kemerdekaan Negara Indonesia.

Selama ini kita hanya terpaku kepada para pahlawan perjuangan kemerdekaan, lupakah kita dengan pejuang dalam hidup kita selama ini, yakni orang tua kita. Keringatnya bercucuran deras mengalir dari kening hingga tubuh mereka bermandikan air keringat demi kehidupan dalam keluarganya. Mereka tak pernah peduli akan hari yang ia lewati, ntah itu hari yang teri matahari sangat menyengat tubuh atau mungkin hari itu dingin menusuk tulangnya dikala hujan deras membasahi tubuhnya. Jiwa raga mereka tetap tegar dengan semangat juang yang tiada henti mereka kobarkan untuk kebahagiaan anak-anak mereka. Tangis dan tawa mereka tak mampu menahan semangat juang yang selalu mereka pupuk dalam jiwa, semangat juang untuk meembela kehidupan dalam dunia yang fana ini, meski terkadang dunia ini sangatlah kejam menyiksa langkah kakinya yang mulai terhenti.

Kita sebagaimana seorang anak yang mereka perjuangkan hanya mampu membalas dengan kesungguhan hati dan jiwa untuk meraih kesuksesan yang orang tua kita harapkan. Perjuangan kedua orang tua kita sama besar jika kita bandingkan dengan besarnya perjuangan para pahlawan perjuangan Negara untuk meraih kemerdekaan. Lihatlah sosok Ibu kita yang mengandung kita selama sembilan bulan, tidakkah kita sejenak melihat serta berempati dengan perjuang yang beliau lakukan. Lihatlah juga sosok Ayah kita, seorang laki-laki yang tak pernah berhenti mencari dan mencari nafkah untuk kehidupan kita. Bukankah orang tua kita juga merupakan seorang pahlawan dalam diri kita terutama dalam kehidupan ini, wahai saudaraku. Ketika mereka hanya duduk dan terdiam, sebenarnya didalam benak mereka terpikirkan bagaimana caranya untuk dapat menuju kemenangan yang hendak mereka capai, yaitu kemenangan untuk kebahagiaan keluarganya.

Terkadang hati menangis bila melihat dan menerka-nerka perjuangan yang telah orang tua kita berikan. Perjuangan yang begitu besar, dan dihiasi oleh pernah-pernik kehidupan yang tak seperti yang mereka harapkan. Pahlawan tidak selamanya merupakan sosok yang harus berani berperang, sosok yang harus merelakan nyawanya hilang dimedan pertempuran. Namun, pahlawan itu adalah sosok yang tangguh dan berani serta mampu untuk dijadikan suri tauladan atau cermin perjuangan dalam kehidupan ini. Mungkin pahlawan perjuangan dengan jasanya mampu memerdekakan suatu Negara. Tetapi, lihatlah sosok pahlawan dari perjuangan untuk mencari kehidupan saat ini bukanlah hal yang mudah. Orang tua yang terus mencari sumber mata air dalam kehidupan meski pencaharian itu harus di dalam kawasan yang tandus sekalipun. Sesungguhnya, pahlawan terbesar dengan jasanya dalam hidup ini adalah kedua orang tua yang selalu ada hingga kelak mereka menutup mata.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar